WAJAHBATAMWarga Rempang Mengadu ke Walikota: “Kami Tertekan Sekali” – Harapan Melenceng, Air Mata Tumpah di Pemko Batam

Sebanyak 48 warga Rempang yang mewakili 16 kampung tua, Senin (5/5/2025), mendatangi Kantor Walikota Batam. Mereka datang bukan untuk berdemo, melainkan untuk mengadu dan meminta perlindungan kepada pemimpin yang mereka pilih sendiri: Walikota Batam, Amsakar Ahmad.

“Kami merasa tertekan. Tertekan sekali. Oleh karenanya kami datang ke sini, ke pemerintah kota,” ujar Piah, salah satu perwakilan warga kepada media ini dengan nada penuh emosi.

Ikuti juga channel WA kami untuk info terupdate: https://whatsapp.com/channel/0029Vb6GakgIXnlqNBmynH2d

Piah menegaskan bahwa kedatangan mereka adalah bentuk kepedulian atas nasib kampung tua yang mereka tinggali selama ratusan tahun. “Kami ingin meminta perlindungan dan mengadu kepada bapak kami. Bapak walikota yang kami pilih. Ibu wakil walikota yang kami pilih,” lanjutnya.

Namun, harapan warga bertemu pemimpin yang berpihak ternyata jauh dari kenyataan. Piah menyampaikan kekecewaan mendalam atas tanggapan yang diberikan oleh Walikota Amsakar dalam pertemuan terbuka tersebut.

“Kami datang untuk meminta kepada walikota Batam, untuk memperhatikan kami di Rempang, yang saat ini tidak baik-baik saja. Tapi kenyataannya, sungguh kami kecewa dan sangat kecewa. Hasil pertemuan sangat tidak sesuai dengan yang kami harapkan,” tuturnya dengan suara bergetar, menahan tangis.

Meski hanya 48 orang, Piah menekankan bahwa mereka adalah representasi dari seluruh masyarakat 16 kampung tua di Rempang. “Janganlah kampung tua kami hanya akan menjadi kenangan,” pungkas Piah sebelum meninggalkan ruangan dengan linangan air mata.

Sementara itu, Walikota Batam, Amsakar Ahmad, menanggapi bahwa semua tindakan pembongkaran yang dilakukan oleh Tim Terpadu Penanganan Dampak Sosial Masyarakat telah melalui proses dan mekanisme hukum yang berlaku.

“Yang dilakukan Tim Terpadu sudah sesuai mekanisme. Sudah sesuai proses. Sudah sesuai prosedur. Sudah ada surat pemberitahuan dari SP1, SP2 dan juga SP3. Begitu ya,” jelas Amsakar usai pertemuan.

Dalam rapat tersebut, turut hadir tokoh masyarakat Rempang, Siti Hawa alias Nenek Awe, yang dengan tegas meminta pemerintah untuk mengakui eksistensi warga kampung tua yang sudah turun-temurun mendiami wilayah tersebut selama ratusan tahun.

By: Ndoro Ayu

About Author

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *